Jumat, 28 Februari 2014

 "Perlukah Mengajarkan Keuangan ke anak-anak kita?"
 
 
Hari Senin kemarin anak saya ke 3 berusia 8 tahun, mengatakan hal yang pernah disampaikan anak saya ke 2: "Pa, kalau papa tidak punya uang, papa bisa ke ATM saja. Colok dan keluar dech tu uangnya!".
 
Lalu mendengar kasus pertikaian warisan di antara sesama saudara kandung, setelah ke 2 orang tuanya meninggal dunia, membuat miris perasaan banyak orang, termasuk saya.
 
Ada nilai keuangan yang saya peroleh dari papi, kala saya berusia 14-15 tahun. Saat itu papi memanggil saya dan kakak sulung:
"Kamu ke sini, papi mau bicara. Papi sebagai orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kalian, hanya sebatas pendidikan. Papi akan membiayai kalian semampu papi. Kalian jangan mengharapkan warisan dari papi, kalian harus mencari rejeki dengan keringat dan usaha kalian sendiri!"
 
Jadi pada saat usia belasan tahun saya sudah peroleh nilai keuangan dalam konteks "warisan".
 
Saat saya sudah menjadi orang tua dan memiliki anak yang telah remaja, saya pun menurunkan nilai "warisan" tsb kepada anak ke 1 dan 2.
 
Sayangnya kita, pada saat kanak-kanak tidak terlalu banyak mengecam "ilmu keuangan" dari orang tua kita.
 
Sehingga saat ini lebih banyak dari kita yang mengalami "kesulitan dalam mengatur" keuangan pribadi dan keluarga.
 
Alhasil cukup banyak dari kita yang pontang panting, mencari siasat untuk menutupi "kekurangan anggaran" setiap bulan.
 
Bahkan kemarin, sahabat saya membantu menjadi konselor seseorang yang memiliki tagihan hutang Kartu Kredit sebanyak 12 kartu senilai ratusan juta rupiah.
 
Saya pikir sudah saatnya kita sebagai orang tua, mulai sekarang juga mengajarkan nilai-nilai keuangan kpd anak-anak kita, agar mereka tidak tersesat dan mengalami kesulitan dalam hidup mereka.
 
Satu cara yang saya lakukan adalah ngobrol dengan 2 anak pertama saya, dan saya meletakkan buku-buku keuangan saya (termasuk koleksi Rich Dad Poor Dad) di atas meja belajar mereka.
 
Anak pertama saya rajin membaca dan melahap buku-buku tsb.
 
Anak kedua saya ajak diskusi.
 
Anak ketiga saya berikan celengan.
 
Pelajaran terpenting yang mereka harus pahami bahwa kita, sebagai orang tua harus bekerja/berusaha dahulu baru peroleh rejeki.
Jadi rejeki tidak turun begitu saja, tanpa upaya.
 
Pelajaran kedua, adalah bagaimana menghargai rejeki yang diterima.
 
Pelajaran mengelola keuagan adalah pelajaran selanjutnya.
 
Semua berpulang kembali kepada kita masing-masing, sebagai orang tua anak-anak kita.
 
Mari ajar keuangan kepada anak kita, karena anak adalah maha karya dan obligasi orang tua.
 
Freddy Pieloor -
http://aturkeuangan.com/askopgi255 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar